HARUSKAH VALENTINE DIRAYAKAN ?

Hari valentine bukanlah hal yang baru di telinga kita, terutama muda-mudi saat ini. Hari ini diidentikan dengan hari yang memperbolehkan kita untuk mengungkapkan rasa kasih sayang kita kepada seseorang yang kita cintai. Sejauh ini jarang dari muda-mudi tersebut yang mengetahui sejarah di balik perayaan hari itu. Esensi yang mereka ketahui hanyalah berupa cinta yang terkesan memuaskan syahwat belaka. Seandainya muda-mudi muslim itu tahu bahwa ternyata ada ’udang di balik batu’ dari hari valentine, kemungkinan besar mereka akan meninggalkannya.

Pada awal abad keempat sebelum masehi, bangsa Romawi biasa mengadakan pesta bagi salah satu dewa mereka yaitu Lupercalia (Lupercus). Perayaan ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari, bersamaan dengan musim kawin burung. Pada pesta Lupercalia ini dilaksanakan suatu acara mencari jodoh yang cukup unik. Begini caranya. Para gadis menuliskan namanya pada secarik kertas, kemudian dimasukkan ke dalam kotak. Para pemuda yang hadir akan mengambil kertas di dalam kotak tersebut secara acak. Gadis yang terpilih akan menjadi pasangan pemuda tersebut sampai pesta Lupercalia yang berikutnya.

Acara jodoh-jodohan dalam pesta Lupercalia yang telah berlangsung selama 800 tahun ini ditentang oleh pihak gereja yang ada di Roma. Alasannya, hal ini merupakan perayaan kafir yang bertentangan dengan ajaran Kristen. Pada tahun 270 SM, seorang uskup dari Interamma bernama Valentine, memulai kembali kebiasaan ini dengan cara berbeda. Kaisar Roma yang berkuasa pada masa itu adalah Claudius II. Ia memberlakukan peraturan yang melarang orang-orang untuk menikah. Secara diam-diam uskup Valentine mengumpukan muda-mudi yang saling jatuh cinta untuk dinikahkan. Hal ini diketahui oleh sang Kaisar, dan ia marah besar. Akibatnya, uskup Valentine ditangkap dan dipenjarakan. Ia harus menyembah dewa orang Romawi jika tidak ingin dihukum. Valentine dengan keras menampik tawaran itu. Akhirnya, pada tanggal 24 Februari tahun 270 M, ia dipukuli, dilempari batu dan akhirnya dipenggal. Saat ia berada di penjara, Valentine berhasil menyembuhkan mata seorang gadis buta, anak penjaga menara, berkat imannya yang teguh dan kasihnya yang besar. Sebelum ia menghadapi saat terakhirnya, Valentine menulis sebuah kalimat “From Your Valentine” kepada gadis itu. Kalimat inilah yang menjadi ungkapan yang sering dipakai untuk mengungkapkan kasih sayang atau cinta pada seseorang di Hari Valentine.

Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya, “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi). Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, “Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata’ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran. Padahal dengan itu ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala.”

Mengacu pada penjelasannya di atas maka jelaslah bahwa merayakan hari valentine adalah perbuatan yang salah bagi kita. Dengan kita merayakannya artinya kita ikut memperingati kematian st. Valentine yang menjadi fenomena dasar terjadinya hari tersebut. Aneh bila kita seorang muslim menjadi tersibukkan dengan perayaan semacam itu. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi manusia yang tidak memiliki pegangan apalagi hanya sekedar ikut-ikutan. Kita sebagai muslim sejati harus memiliki prinsip hidup yang teguh, akhlak yang mulia, dan keyakinan bahwa Islam adalah solusi dari semua masalah. Dampak buruk dari ikut-ikutan merayakan valentine adalah mengikis pemahaman kita akan Islam, memperbanyak jumlah ’mereka’, dan menyukseskan program ’mereka’ untuk membuat kita mengikuti kebiasaan mereka. Situasi masyarakat muslim saat ini sedang berada di kondisi yang kurang menguntungkan dan akan semakin parah bila generasi mudanya justru semakin terpikat dengan tawaran-tawaran pola hidup hedonis kaum kafir. Sadarlah wahai saudaraku, perjuangan kita masih panjang. Jangan kau buat perjuangan ini terhenti hanya karena masalah seringan perayaan valentine. Islam telah mengajarkan kepada kita untuk menahan syahwat, menghindari diri dari perbuatan maksiat, dan selalu berupaya memperbaiki diri. Ingat saudaraku ! sekali kita terperangkap pada godaan syaithan maka akan sulit bagi kita untuk melepaskannya. Oleh karena itu, sebelum terlambat, bergegaslah !.

Tinggalkan komentar